Header
Where you can buy Louis Vuitton Replica :

replique sac hermessac hermes pas cherchanel imitazioni perfetteReplica Fendi Backpackscartier love ring replicachanel shoes replicacartier bracelet replicahermes replica dubaireplica goyard baglouis vuitton artsy replicaBirkin imitazione perfettafake louis vuitton sling bagreplica louis vuitton Rucksacklouis vuitton wallet replicareplica louis vuittonhermes Replica Kaufenreplica louis vuitton walletlouis vuitton keepall replicalouis vuitton replicaLouis Vuitton taschen replicalouis vuitton t�rkei onlineprada bags replicafake louis vuitton bagreplica cartier love braceletreal gold cartier love bracelet replicafake bvlgari ringhermes Taschen Replicareplica louis vuitton ukChanel Replica Taschecartier love bracelet replicahigh quality hermes replicasreplica chanellouis vuitton portafoglio imitazionireplica chanel backpacklouis vuitton wallet replicachanel replica ukbest faux chanel bagshermes taschen replicahigh quality louis vuitton replicareplica louis vuitton g�rtelreplica louis vuittonfake louis vuittonlouis vuitton fakereplica louis vuittonfake louis vuittonlouis vuitton replicalouis vuitton fakereplica louis vuittonlouis vuitton replicalouis vuitton shoes replica

Passang Rinpoche

Passang Rinpoche

中文(Chinese)      英文(English)

Passang Rinpoche lahir tahun kambing bumi1979 di desa Gangtsar, daerah Kandze,provinsi Sichuan dipagi hari jam sembilan.

Sesaat setelah itu, Khandro Tare Lhamo,Makor Khandro dan Dzogchen Yogi Acho Rinpoche dan beberapa guru besar lainnya mendatangi dan mengenali beliau sebagai reinkarnasi dari Dzongchen Yogi Yeshe tendzin Rinpoche.

Akan tetapi kabar dan berita luar biasa ini disimpan oleh para guru besar dan keluarga Rinpoche agar kehidupan masa kecil Beliau tidak terganggu oleh pengaruh dan kondisi dari lingkungan.

Karena jika saat itu lingkungan Rinpoche tahu maka akan banyak sekali umat yang datang untuk meminta berkah sesuai tradisi di daerah sana. Mereka semua menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan Rinpoche tidak di pengaruhi oleh para umat awam.

Pada umur enam tahun,keempat Guru Besar dan Lama menjemput Passang Rinpoche untuk tinggal di Vihara Gongtar Monastery (kini berjumlah 400 san Bikkhu dan Bikkhuni) dan memulai semua ajaran Buddha Dharma dasar kepada beliau.

Rinpoche sering menceritakan kisah tersebut kepada kami, ketika suatu hari beliau di jemput dan di bawa tinggal di sebuah tempat tinggal jauh dari orang tuanya,pertama kali beliau merasa heran dan ingin tahu karena melihat ibu,bapak juga anggota keluarganya semua sedih dan menangis, saat itu beliau tidak merasakan apa-apa, karena beliau di berikan begitu banyak mainan,permen,makanan yang enak, yang saat itu sangat jarang didapatkan anak2 seusia beliau yang membuat dia sangat senang sekali, waktu itu dia mulai dipanggil dengan sebutan Rinpoche, pada saat itu ia merasa alangkah hebat dan nyamannya menjadi seorang Rinpoche, diberikan begitu banyak perhatian,dihormati dan di berikan barang-barang yang tidak pernah beliau lihat waktu berada di rumah.
Sesudah beberapa hari di tempat asing tersebut Rinpoche kecil mulai sangat merindukan orang tua dan keluarganya.

Setiap hari Rinpoche kecil menangis dan minta pulang, akan tetapi para guru tersebut mulai membujuk dengan cara halus sampai dengan hukuman agar Rinpoche mengerti bahwa ia bukan milik keluarganya lagi akan tetapi merupakan milik vihara.

Ketika guru besar tersebut memberi hukuman kepada beliau, Rinpoche masih sangat ingat bahwa para guru akan bersujud, minta maaf dan dengan wajah yang sangat terluka,dengan meninggikan suara dan mengambil ranting kecil untuk menakuti Rinpoche agar jangan menangis dan memulai hari - hari dengan belajar melafalkan mantra dengan cara lisan dan tulisan.

Rinpoche mengatakan selama dua tahun berada di vihara GONTAR MONASTERY para guru besar tersebut mengajarkan tentang disiplin, mandiri, tanggung jawab dan tugas-tugas seorang Rinpoche.

Ketika itu Rinpoche kecil sudah harus mulai sebagai kepala vihara dan memimpin upacara di vihara.

Beliau di haruskan duduk diam, tidak boleh tertidur dan mendengar ketika upacara di vihara, Rinpoche kecil di haruskan duduk di kursi paling depan dan paling tinggi, ada beberapa Lama akan memberikannya gula-gula, akan tetapi saat itu beliau masih sangat kecil dan sangat tidak suka kalau ada upacara.

Pada usia 8 tahun Rinpoche di antar ke Institut Buddhis Sertar Larung Five Discipline dan mengambil ordinasi kebhikkhu-an dari Neten Gador Rinpoche dan memilih Raja Dharma (Fak Wang) Khenpo Jigme Phuntsok yang sangat legendarias sebagai guru utamanya.

Sering sekali para murid meminta saya untuk menceritakan tentang kisah2 kehidupanku ketika bersama dengan seorang guru besar Khenpo Jigme Phuntsok. Saya sulit sekali bisa menceritakan pada kalian, karena perhatian, welas asih, kebijaksanaan, ajaran, pengorbanan, ketulusan dari seorang guru Khenpo Jigme Phuntsok tidak dapat saya utarakan lewat kata-kata, akan tetapi jika saya bisa memilih untuk menjadi seekor kuda ataupun seekor anjing yang bisa menemanin Guru saya di 1000 kehidupan di masa akan datang, ini merupakan penghormatan luar biasa tinggi yang bisa saya dapatkan , juga bila saya di beri kesempatan untuk mengorbankan 1000 x nyawa dan kehidupan saya untuk seorang guru Khenpo Jigme Phuntsok ini merupakan pengorbanan sangat kecil yang bisa saya berikan.

Saya masih ingat ketika musim dingin dan salju yang sangat tebal kami semua murid-murid melakukan pelatihan dan belajar di dalam rumah kecil kami,sehingga kita jarang ketemu guru besar kami,saat itu kami tidak mempunyai aula besar untuk para murid berkumpul dan belajar.

Rumah guru besar saya lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah kecil saya, dan saya tahu guru besar akan keluar sehari beberapa kali untuk menyambut tamu yang akan datang atau ke kamar kecil karena saat itu tidak ada kamar kecil yang berada dalam rumah.

Di teras dengan cuaca mengigil minus 30 derajat, saya akan duduk membaca buku menunggu guru keluar agar saya bisa melihat beliau walaupun hanya sekilas kadang samar karena bukan hanya dingin akan tetapi kadang perut juga lapar sekali, saat itu guru sudah lumayan tua dan kesehatannya juga tidak terlalu baik, bisa melihat guru besar walaupun dari kejauhan bagaikan saya melihat kehadiran Sang Buddha sendiri, kebahagiaan dan suka cita tersebut sangat membantu saya ketika belajar Dharma.

Kami semua menyayangin guru kami lebih, lebih dan lebih berharga dari nyawa kami sendiri.

Karena Dharma dan praktek welas asih guru memberikan kami pencerahan dan arti kebahagiaan sesungguhnya, ini merupakan harta pusaka yang akan kami bawa selama hidup kami.

Pada saat itu keadaan kami boleh dikatakan miskin karena sekolah kami sangat sulit di jangkau, jarang kami melihat minuman kaleng, permen bermerek, coklat,atau apa yg bersifat duniawi, sekolah kami tidak ada televisi atau radio,akan tetapi kami tidak pernah sekalipun merasa miskin duniawi, kami tetap dapat bermain seperti anak kecil lainnya diwaktu senggang, Walaupun kadang sepanjang hari perut kami berbunyi karena lapar, akan tetapi hati dan batin kami di puaskan oleh ajaran Buddha Dharma.

Guru besar Khenpo Jigme Phuntsok di musim semi akan mengajarkan Dharma pada lebih kurang 1000 - 5000 muridnya nya setiap hari, saat itu kami semua berkumpul di padang hijau tidak pernah ada satu suara pun yang keluar dari mulut kami, suasana sangat-sangat tenang, semua sangat menyimak dan mendengar dengan kekaguman dan terpesona akan ajaran- ajaran Dharma yang beliau sampaikan, saya masih ingat ketika beliau mengajarkan Dharma dalam buku sutta selain suara burung yang berkicau akan terdengar suara ketika kami membalikan halaman kertas buku sutta, suara dari 5000 halaman sutta yang serentak di balik oleh para murid- murid menciptakan suara angin bercampur suara kertas yang luar biasa indah.

Banyak sekali umat yang mengatakan ketika saya mengajarkan Dharma saya terlalu tegas,terlalu serius, suka marah, itu karena saya ingin anda bener2 mendengarkan dan mengerti. Jika mengajarkan Dharma saya,akan sangat serius akan tetapi biasanya waktu senggang banyak juga waktu saya lewatkan dengan para murid saya dengan bercanda, saya juga sangat humoris.

Mungkin karena selama 16 tahun kami belajar Buddha Dharma, kami menganggap Buddha Dharma itu lebih Agung dan lebih tinggi nilainya di banding nyawa kami sendiri.

Saya tetap meminta maaf dari kalian murid-muridku, saya juga ingin sekali melihat kalian gembira dan tertawa bahagia, akan tetapi bagaimana caranya saya bisa mengajarkan Dharma pada saat saya ingin kalian memahami dan merenungkan karena Dharma merupakan pusaka yang akan kalian bawa seumur hidup, jika setelah mendengar, memahami dan merenungkan maka pusaka ini akan membawa kalian pada kebahagiaan sejati.

jika kalian ingin mendapatkan harta karun kebahagiaan tertinggi dalam kehidupan ini maka kita harus serius dan disiplin ketika mendengarkan dan mempraktekkan Buddha Dhrama, jika kalian sudah mendapatkan inti dari ajaran Dharma, saya percaya batin dan hati kalian akan tertawa bahagia sepanjang hidup kalian.

Kalian adalah penghibur diri kalian sendiri, kalian tidak membutuhkan penghibur dari luar diri kalian lagi.

Jika di tanya tentang bagaimana cara saya belajar Buddha Dharma selama di sertar larung, saya akan menceritakan sedikit.

Kami memulai aktifitas sejak jam 7 pagi, dengan melafal , menghafal tiap-tiap kata yang ada di Sutta dengan luar kepala dan juga mengartikan, satu halaman bisa kami baca berulang ulang,satu buku bisa kita baca sampai berkali kali, merenungkan dan mempertimbangkan setiap kata dari Sutta Sang Buddha menurut cara pandang kami, cara pandang guru masing-masing bidang kami, menurut cara pandang para bikkhu lainnya, menurut sudut pandang guru besar Khenpo Jigme Phuntsok, semua itu harus kami hafal luar kepala.Untuk belajar pemahaman Boddhicita saja kita harus belajar selama 8 tahun.(Rinpoche hanya membutuhkan 3.5 Tahun).

Karena setiap minggu akan ada ujian di masing-masing bidang Sutta yang kami pelajari.

Jika tidak lulus ini merupakan hal yang memalukan.Kami juga harus ujian debat di depan semua guru dan jika argumen dan cara pandang kami terhadap Dharmaterdapat kesalahan maka di depan ratusan sesama bikkhu kami akan di tertawakan. Pada saat itu banyak sekali yang suka menonton saya berdebat, karena saya akan membuat lawan debat saya sangat terpojok dan membuat mukanya menjadi sangat merah.

ya..pada saat itu saya sangat egois, bagi seorang anak kecil yang berumur belasan tahun saat itu ego saya sangat besar.  Waktu saya berumur 13 tahun,saya sudah bisa membabarkan Dharma,Saya sangat ingin menjadi pusat perhatian pada saat itu dan mendapat kasih sayang yang lebih besar, maka belajar dan mendapat nilai yang bagus dari Dharma adalah udara bagi hidup saya saat itu.

Jika diingat selama 16 tahun saya tinggal di serta larung, selama 8 tahun hampir saya tidak pernah benar-benar tidur di atas kasur saat itu,waktu belajar dan tertidur juga dalam keadaan terduduk.

ketika pelajaran di dalam kelas selesai kami masing- masing harus pulang ke rumah kecil kami untuk lebih serius lagi belajar.

Rumah kecil saya di Serta Larung merupakan ruangan sebesar 3 meter x 7 meter.

Disana saya melakukan aktifitas makan, tidur dan belajar.

Ketika pertama kali sampai di Serta Larung saya di temanin seorang Lama yang bertanggung jawab dan menjaga serta menemanin saya.  Beliau juga yang menyediakan makanan dan semua kebutuhan saya.

Saat belajar di malam hari,saya akan membaca dengan buku di tangan dan dengan posisi duduk sampai ketiduran dan begitu bangun dan sadar hari sudah pagi, saya akan mengambil champa ( makanan pokok Tibet yg terbuat dari tepung) berlari menuju kelas Dharma dan begitulah kami semua melalui hari - hari ketika belajar Buddha Dharma.  Malam hari jika kita mempunyai lilin untuk belajar itu merupakan barang yang sangat mewah, saat malam kami belajar mengunakan kayu panjang di bakar seperti korek api sekarang, asapnya akan membuat muka kami hitam, dan karena kebiasaan membaca dengan api untuk waktu yang lama maka mata saya saat ini sering kali sakit jika melihat cahaya.

Karena di Tibet musim dingin lebih panjang dari musim panas kami jarang sekali mandi, apa lagi ganti baju karena air sangat langka, yang ada hanya belajar Dhrama terus menerus, untuk mengambil air minum saja kami harus jalan berkilo meter untuk membawa air sendiri, jadi tidak heran kalau kami selama 3 bulan tidak mandi dan semua badan kami terkadang ada kutu, akan tetapi semua itu bukan merupakan halangan atau gangguan, mungkin karena kebiasaan atau juga memang semua orang begitu adanya.

Semangat dan disiplin kami dalam belajar Buddha Dharma adalah hidup dan napas kami saat itu.

Pada tahun 2003 terjadi gejolak politik dan tekanan dari pemerintah untuk mempersempit ajaran Buddhis di sekolah kami, karena adanya ketidak percayaan dan curiga pemerintah terhadap Institut Sertar Larung karena perkembangan universitas tersebut dalam sepuluh tahun terakhir sangat luar biasa, dari murid yang berjumlah 3000 orang berkembang mendekati 20.000 Bikkhu & Bikkhuni (sekarang sudah 40.000), dari sebuah vihara kecil menjadi sebuah sekolah Buddhis terbesar di dunia yang terdiri dari para Bikkhu dan Biksuni.

Saat itu tahun 2003 atas pesan guru besar,saya meninggalkan Serta Larung untuk pergi berjiarah menuju India, ke situs-situs Buddha,dan mulai menyebarkan Buddha Dharma.

Banyak sekali kejadian yg sangat luar biasa sewaktu pertama kali saya meninggalkan sekolah saya, dari Tibet menuju India,China,Singapore,Malaysia dan Indonesia.

Banyak sekali kisah dan cerita perjalanan saya yang akan saya ceritakan kepada kalian, akan tetapi saat ini sampai disini dulu, lain kali kita lanjutkan lagi.

Copy Right @ 2018-2024 FBC 慈悲学会
Powered By : Wessteck Multimedia Sdn Bhd | Privacy Policy